JAKARTA - Dalam waktu dekat, pemerintah melalui Pusat Bahasa akan mengembangkan berbagai program untuk meningkatkan regenerasi sastrawan Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional Dodi Nandika, di Hotel Santika, Jakarta, Senin (27/9/2010).
Dodi memaparkan, sebenarnya, sastrawan lahir dan tumbuh dari berbagai skema. Skema formal merupakan skema pendidikan, terutama pendidikan tinggi lewat berbagai program studi dan lembaga kebahasaan di berbagai kampus. Skema informal meliputi beragam pelatihan kebahasaan dan kesusastraan di sekolah-sekolah atau kampus-kampus.
Seperti diketahui, hingga saat ini, perkembangan pendidikan sastra dan bahasa Indonesia masih minim. Pengajaran sastra di sekolah menengah umumnya hanya berkisar pada hafalan tentang judul karya sastra beserta penulisnya.
Salah satu program yang diharapkan bisa meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan karya sastra adalah Sastrawan Bicara Siswa Bertanya. "Pada program ini para sastrawan mengunjungi berbagai sekolah di Indonesia untuk memperkenalkan sastra," ujar Dodi kepada wartawan.
Selain program tersebut, pemerintah berjanji akan mengembangkan berbagai program lainnya untuk meningkatkan regenerasi sastrawan di Indonesia. Di antaranya, program penulisan sastrawan muda, bengkel sastra, pelatihan guru sastra, pemberian berbagai apresiasi atas karya sastra, serta penyelenggaraan lomba-lomba atau festival bahasa dan sastra seperti Bulan Bahasa yang rutin diadakan tiap tahun.
Dodi menambahkan, program pertama dan utama adalah pengangkatan lembaga. Pusat Bahasa kini menjadi Badan Pengembangan dan Peningkatan Bahasa.
Sementara, WKS Kepala Pusat Bahasa, Agus Dharma menjelaskan, hingga saat ini, anggaran dana yang dialokasikan untuk pengembangan bahasa dan sastra Indonesia termasuk minim, sekira 30 persen dari dana operasional Pusat Bahasa yaitu Rp111 miliar. Dari persentase tersebut, hanya 10 persen yang dialokasikan sebagai dana regenerasi sastrawan Indonesia.
Setelah berubah menjadi Badan Pengembangan dan Peningkatan Bahasa, Agus mengusulkan alokasi dana Rp223 miliar ke DPR. "Kita memang butuh dukungan dana cukup besar untuk program pengembangan bahasa dan sastra Indonesia," tandasnya.
Dia pun menyampaikan, apresiasinya atas kerja pegiat bahasa dan sastra di berbagai daerah yang masih bisa mengembangkan sastra meski minim dana.(rhs)
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional Dodi Nandika, di Hotel Santika, Jakarta, Senin (27/9/2010).
Dodi memaparkan, sebenarnya, sastrawan lahir dan tumbuh dari berbagai skema. Skema formal merupakan skema pendidikan, terutama pendidikan tinggi lewat berbagai program studi dan lembaga kebahasaan di berbagai kampus. Skema informal meliputi beragam pelatihan kebahasaan dan kesusastraan di sekolah-sekolah atau kampus-kampus.
Seperti diketahui, hingga saat ini, perkembangan pendidikan sastra dan bahasa Indonesia masih minim. Pengajaran sastra di sekolah menengah umumnya hanya berkisar pada hafalan tentang judul karya sastra beserta penulisnya.
Salah satu program yang diharapkan bisa meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan karya sastra adalah Sastrawan Bicara Siswa Bertanya. "Pada program ini para sastrawan mengunjungi berbagai sekolah di Indonesia untuk memperkenalkan sastra," ujar Dodi kepada wartawan.
Selain program tersebut, pemerintah berjanji akan mengembangkan berbagai program lainnya untuk meningkatkan regenerasi sastrawan di Indonesia. Di antaranya, program penulisan sastrawan muda, bengkel sastra, pelatihan guru sastra, pemberian berbagai apresiasi atas karya sastra, serta penyelenggaraan lomba-lomba atau festival bahasa dan sastra seperti Bulan Bahasa yang rutin diadakan tiap tahun.
Dodi menambahkan, program pertama dan utama adalah pengangkatan lembaga. Pusat Bahasa kini menjadi Badan Pengembangan dan Peningkatan Bahasa.
Sementara, WKS Kepala Pusat Bahasa, Agus Dharma menjelaskan, hingga saat ini, anggaran dana yang dialokasikan untuk pengembangan bahasa dan sastra Indonesia termasuk minim, sekira 30 persen dari dana operasional Pusat Bahasa yaitu Rp111 miliar. Dari persentase tersebut, hanya 10 persen yang dialokasikan sebagai dana regenerasi sastrawan Indonesia.
Setelah berubah menjadi Badan Pengembangan dan Peningkatan Bahasa, Agus mengusulkan alokasi dana Rp223 miliar ke DPR. "Kita memang butuh dukungan dana cukup besar untuk program pengembangan bahasa dan sastra Indonesia," tandasnya.
Dia pun menyampaikan, apresiasinya atas kerja pegiat bahasa dan sastra di berbagai daerah yang masih bisa mengembangkan sastra meski minim dana.(rhs)
SUMBER : okezone.com
0 komentar:
Posting Komentar